RSS

Filsafat David Hume

07 Feb

DAVID HUME

Empirisme Dan Batas-Batas Pengetahuan

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Filsafat Sains

 

 

 

 

 

Disusun oleh :

Muhammad Abdul Rojak                   ( 1210 2010 69 )

N. Teni Niswah Tamhida                    ( 1210 2010 75 )

Umi Latifah                                        ( 1210 2011 07 )

Syifa Fauziah                                      (1210 2011 05 )

KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2011

David Hume

Empirisme Dan Batas-Batas Pengetahuan

 

  1. A.    Bografi

David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65 tahun) adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Ayahnya adalah tokoh negeri itu yang meninggal dunia saat Hume masih anak-anak, sehingga Hume dibesarkan oleh ibunya. Tetapi ayahnya mewariskan banyak uang kepada keluarganya. Karena itu Hume dapat memperoleh pendidikan yang sangat baik, terutama melalui pengajar pribadi di rumahnya. Kemudian ia mendaftar di Universitas Edinburgh untuk belajar sastra klasik. Tetapi Hume tidak puas dengan pendidikan yang diterimanya dan ia memutuskan untuk keluar dari Universitas dan pergi ke Perancis dan menjadi filsuf besar. Hasil karya filsafat yang berlimpah darinya adalah History of England yang terdiri dari enam volume (1757 – 1762). Sebagai seorang ahli ekonomi Hume menyumbang teori uang dan teori perdagangan nasional. Ia menganalisa dampak uang terhadap tingkat suku bunga, kegiatan ekonomi dan harga. Ia juga menjelaskan bagaimana dan mengapa negara-negara tidak mungkin mengalami ketidakseimbangan perdagangan dalam jangka waktu yang lama.

Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay. Hume merupakan filusuf besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin ‘Image of God’.

Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal di dalam’. Hume sangat dipengaruhi oleh empirisis John Locke dan George Berkeley, dan juga bermacam penulis berbahasa Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis Hutcheson, Adam Smith dan Joseph Butler.

  1. B.     Empirisme Dan Batas-Batas Pengetahuan

Kutipan dibawah diambil dari karya hume inquiry concerning human knowledge, 1748. Hume meneruskan pikiran locke sampai menemukan batas-batas pengetahuan. Yang penting bagi hume bukanlah pengetahuan yang berasal dari akal tetapi pengetahuan yang berangkat dari sejumlah hasil observasi pengalaman. Rangkaian  peristiwa yang terjadi diantara pengalaman ditentukan oleh hukum sebab akibat. Di dalam teks dibawah ini hume ingin mempelajari fondasi berbagai penalaran dan penyimpulan dalam pengetahuan, sebab menurut dia tidak ada penyimpulan yang pasti benar dan  selalu akurat serta kebal dari kesalahan. Kenapa?

Semua objek pemikiran atau penyelidikan manusia mungkin secara alamiah dapat dipisahkan kedalam dua bagian, yaitu hubungan antar berbagai gagasan dan persoalan yang berkenaan dengan berbagai fakta. Objek pengetahuan manusia yang pertama meliputi pengetahuan Geometri, Aljabar, dan Aritmetika; pendeknya semua penegasan yang secara intuitif dan demonstrasi pasti. Misalnya tiga dikalikan lima sama dengan setengah dari tiga puluh. Proposisi ini mengungkapkan keterhubungan diantara angka-angka tersebut. Proposisi semacam ini di ketemukan dengan menggunakan operasi pikiran semata-mata, tanpa bergantung pada apapun yang ada di alam semesta. Walaupun dalam kenyatannya tidak pernah ada lingkaran dan segitiga akan tetapi kebenaran yeng dideminstrasikan Euclid tetap menyimpan kepastian dan kejelasan lingkaran dan segitiga itu.

Persoalan fakta yang merupakan objek  kedua pemikiran manusia tidak diperoleh dengan cara yang sama seperti pembuktian keterhubungan antar gagasan. Oleh karena itu kebenaran nya juga tidak pasti. Pertentangan atas semua persoalan yang berhubungan dengan fakta masih mungkin terjadi karena kejadian faktawi tidak pernah sungguh-sungguh merupakan suatu kontradiksi dan dipahami oleh akal dengan fasilitas dari  kejelasan yang sama, selama ini bisa dicocokkan dengan realitas proposisi, bahwa matahari tidak akan terbit esok hari merupakan proposisi yang jelas dan sangat masuk akal dan menunjukan tidak lebih kontradiksi dibanding dengan bentuk afirmasinya bahwa matahari  akan terbit esok hari. Bagaimanapun juga akan sia-sia jika berusaha untuk membuktian dan mendemonstrasikan kesalahannya. Apakah proposisi ini secara demonstratif salah, pernyataan ini menunjukan suatu kontradiksi dan tidak akan pernah bisa dengan pasti dan jelas diterima oleh akal.

Barang kali menjadi sebuah persoalan yang pantas untuk diketahui, dengan menyelidiki apa hakekatnya bahwa pembuktian yang menyakinkan kita tentang suatu eksistensi sejati dan persoalan  fakta, dibalik hadirnya kesaksian panca indera kita, atau rekaman ingatan kita. Cabang filsafat ini, bisa diamati dan sedikit diolah oleh filusuf modern dan kuno, dan bagaimanapun juga kesalahan dan keraguan kita atas usaha penyelidikan yang sangat penting.

Semua pemikiran yang berkenaan dengan persoalaan fakta nampaknya ditemukan dalam hubungan sebab dan akibat. Artinya bahwa relasi tersebut hanya dapat kita jalankan lewat kejelasan ingatan kita dan penginderaan kita. Jika kamu bertanya kepada seseorang, mengapa dia mempercayai sebuah kenyataan yang tidak ada; misalnya bahwa temannya berada disebuah Negara, katakanlah di prancis, dia akan memberikanmu sebuah alasan, dan alasan ini akan menjadi beberapa fakta lain seperti sebuah surat yang diterima darinya, dan seseorang menemukan jam atau mesin lainnya disebuah pulau gurun pasir akan menyimpulkan bahwa pernah ada orang yang datang ke pulau itu.

Kita semua memikirkan tentang fakta yang pada hakekatnya sama. Sebagai proposi umum, yang tidak memperbolehkan adanya pengecualiaan, bahkan yang datang dari relasi ini juga tidak tentang satu hal yang dicapai oleh  pemikiran a priori seluruh pengetahuan itu muncul seluruhnya dari sebuah pengalaman, ketika kita menemukan bahwa ada objek khusus yang secara konstan berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya sebuah objek hadir pada seseorang melalui akal dan kemampuan alamiah yang kuat sekali: jika objek tersebut seluruhnya baru baginya, dia tidak akan mungkin dengan pengujian yang paling kuat atas kualitas penginderaan sekalipun, menemukan satu sebab atau akibatnya.tidak ada objek yang pernah ditemukan, melalui kualitas yang Nampak pada indera, baik itu sebab yang dihasilkan ataupun akibat yang akan timbul darinya.

Proposisi ini, bahwa sebab dan akibat bisa ditemukan, tidak oleh akal tetapi oleh pengalaman, akan dengan mudah diakui dengan memandang objek tertentu, sebagaimana pernah kita ingat bersama-sama dan ternyata tidak diketahui oleh kita, karena kita harus sadar akan ketidakmampuannya sama sekali, maka kita letakkan dibawah suatu ramalan, apakah justru akan muncul dari akal.

Kebenaran yang sama mungkin tidak akan muncul saat pertama kali dilihat, memiliki kejelasan yang sama dengan memandang peristiwa-peristiwa yang telah menjadi akrab dengan kita dari kemunculan dari pertama kita didunia. Kita mungkin membayangkan kita dapat menemukan akibat ini dengan semata-mata operasi pikiran kita, tanpa pengalaman. harus kita pahami lebih dalam adakah satu objek yang hadir pada kita dan apakah kita perlu menyatakan tentang akibatnya, yang akan diperoleh darinya, tanpa memeriksa dan mengobservasi lebih dulu? Operasi ini harus menemukan dan membayangkan beberapa peristiwa yang mana peristiwa tersebut diandaikan berasal dari objek tersebut sebagai akibatnya, dan operasi ini menjelaskan bahwa penemuan ini semuanya bersifat arbitrer atau sewenang-wenang. Pikiran mungkin tidak akan bisa menemukan akibat dari sebab yang diandaikan, dengan penelitian dan pengujian yang paling akurat sekalipun. Karena satu akibat seluruhnya berbeda dari sebab.

Semua akibat adalah sebuah peristiwa yang berbeda dari sebabnya. Akibat tidak bisa ditemukan dalam sebab, dan penemuan pertama atau kinsepsi pertama atas akibat ini secara a priori, sepenuhnya arbitrer. Akibat utama menggunakan akal manusia itu adalah mereduksi berbagai prinsip, fenomena alamiah yang produktif menjadi kesederhanaan terbesar dan memecah banyak akibat khusus kedalam beberapa sebab umum.

Ketika ditanyakan apakah hakekat semua pemikiran kita mengenai persoalan tentang fakta? Jawabannya adalah mereka ditemukan dalam hubungan sebab akibat. Dan ketika ditanyakan apakah pondasi dari semua kesimpulan itu berasal dari pengalaman? Tetap setelah kita memiliki pengalaman atas operasi sebab akibat, maka kesimpulan dari pengalaman tersebut tidak ditemukan dalam pemikiran atau dalam satu proses pemahaman.

Saya akan mengisi diri saya sendiri dalam bagian ini dengan tugas sederhana, hanya akan memberikan jawaban negatif terhadap pertanyaan yang diajukan ini.jawaban ini harus kita usahakan baik untuk menjelaskan maupun untuk mempertahankan pandangangan kita.

Panca indra kita memberitahukan pada kita tentang warna, berat kepadatan atas roti tetapi bukan panca indra dan juga akal yang bisa memberikan pada kita kualitas-kualitas tersebut yang mencocoknya dengan makanan dan menopang hidup manusia .jika sebuah benda memiliki warna dan padat dengan roti tersebut ,yang sebelumnya kita makan akan membuktikan pada kita ,kita tidak keberatan untuk mengulang percobaan dan meramalkan dengan pasti seperti makanan dan penopang tadi. Ini adalah sebuah proses pemikiran yang dengan sudi akan saya ketahui fondasinya. Setidaknya ini harus diakui bahwa disini ada suatu konsekuensi yang digemurkan oleh pikiran, yakni ada satu tahap yang pasti diperoleh, suatu proses berfikir, dan suatu kesimpulan yang ingin dijelaskan. Dua proposi ini jauh dari pengada yang sama, saya telah menemukan bahwa objek seperti itu  selalu diikuti oleh satu akibat tertentu, dan saya meramalkan bahwa objek-objek lain yang mana dalam kenampakannya sama akan diikuti dengan akibat yang sama pula.

Keterkaitan antar proposisi ini tidak intuitif. Disini dibutuhkan suatu medium yang bisa memungkinkan pikiran menggambarkan kesimpulan seperti itu,

Siapa yang menegaskan bahwa ia benar-benar ada, dan darimana asal-usul semua kesimpulan kita mengenai persoalan tentang fakta ini.

Semua pemikiran mungkin dipisahkan kedalam 2 jenis, yaitu pemikiran dalam onstrative atau berkenaan dengan relasi antar gagasan dan penalaran moral atau mengenai persoalan fakta dan ekistensi. Kami berkata bahwa semua argumen yang berkenaan dengan eksistensi ditemukan dalam relasi sebab dan akibat, dari kasus-kasus yang nampak sama kita menerima akibat yang sama .ini adalah ringkasan dari semua kesimpulan eksperimental kita. Kami ia nampak jelas bahwa jika disimpulkan ini dibentuk oleh akal, ia akan sempurna seperti  saat pertama kali,dan berada dalam satu instansi atau wilayah ,setelah begitu lama sebagai suatu wilayah pengalaman. Mestinya dikatakan bahwa dari sejumlah eksperimen yang seragam, kita simpulkan keterkaitan antara kualitas pengindraan dengan kekuatan rahasia; demikianlah saya harus mengakui munculnya kesulitan yang sama namun ditulis dalam istilah yang berbeda. Ketika sebuah objek baru diberkati  dengan kualitas pengindraan yang sama kita menggira merupakan hasil dari kekuatan dan kekuasaan dan keyakinan ini meruppakan satu tahap atau kemajuan pikiran yang ingin dijelaskan.

Jika suatu saat kamu ragu,atau jika setelah berfikir kamu menghasilkan suatu argumen yang mendalam dan berbelit-belit, kamu dengan suatu cara, mengajukan pertanyaan dan mengakui bahwa ini bukanlah penalaran yang mengajak kita untuk mengandaikan masa lalu menyerupai masa depan dan untuk menerima akibat yang sama dari sebab yang ada , yang menunjukan,kesamaan.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 7, 2012 inci Uncategorized

 

Tinggalkan komentar